Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Bali menyoroti pentingnya perlindungan anak dalam situasi konflik sosial, khususnya yang berkaitan dengan adat. Hal ini disampaikan menyusul kasus konflik yang terjadi di Banjar Sental Kangin, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida, yang berdampak pada anak-anak.
Komisioner Bidang Pendidikan KPAD Bali, Made Ariasa, menegaskan bahwa anak-anak tidak boleh menjadi korban dalam konflik apa pun, termasuk konflik adat. Ia menyatakan bahwa setiap anak berhak tumbuh, berkembang, dan belajar dalam suasana yang aman, nyaman, dan penuh kasih.
“Anak-anak adalah masa depan kita. Mereka berhak hidup di lingkungan yang penuh kasih, tanpa tekanan konflik yang tidak mereka pahami,” ujar Ariasa, Rabu 10 April 2025.
Menurut Ariasa, meskipun konflik terjadi antara orang dewasa dan pihak adat, anak-anak sering kali menjadi pihak yang paling terdampak secara psikologis maupun sosial. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak, mulai dari orang tua, tokoh adat, pemerintah, hingga masyarakat luas, untuk memberikan perlindungan maksimal bagi anak-anak.
Rekomendasi Berita

Dispusar Gianyar Gelar Bimtek Pengelolaan Perpustakaan SD, Tingkatkan Kualitas Pengelolaan Sesuai SNP
Kamis, 10 April 2025 pukul 14.34 WITA

Festival PAUD Inklusif 2025, Wujud Komitmen Pendidikan Ramah Anak di Gianyar
Rabu, 09 April 2025 pukul 14.36 WITA

Korem 163/WSA dan Kodim Gianyar Turut Serta dalam Kegiatan Ngayah di Pura Besakih
Rabu, 02 April 2025 pukul 23.22 WITA

Polda Bali Perketat Pengamanan Tempat Wisata dan Rumah Warga yang Ditinggal Mudik
Rabu, 02 April 2025 pukul 23.12 WITA
“Negara melalui Undang-Undang Perlindungan Anak dan berbagai regulasi lainnya sudah jelas menyatakan bahwa perlindungan terhadap anak bukan pilihan, melainkan kewajiban,” tegasnya.
KPAD Bali juga mendorong dunia pendidikan untuk ikut berperan aktif dalam menjaga kenyamanan dan keamanan anak. Sekolah, guru, serta teman-teman sebaya diharapkan menjadi ruang aman yang mendukung semangat belajar anak-anak.
“Jangan biarkan anak-anak kehilangan semangat belajar hanya karena konflik yang bukan tanggung jawab mereka,” kata Ariasa.
Dengan semangat kolaboratif, KPAD Bali optimistis konflik yang berdampak pada anak bisa diselesaikan secara bijak. Ariasa menutup pernyataannya dengan harapan agar seluruh elemen masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang damai dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
“Kami percaya, dengan hati dan kepedulian, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih baik, agar anak-anak tetap tumbuh dalam damai dan penuh semangat,” tutupnya.